Artikel kali ini diilhami dari pembicaraan antara saya dengan seorang pebisnis sukses Surabaya, di mana beliau adalah seorang pengusaha F&B yang memiliki brand Bakwan premium yang sangat well known di sini. Ketika berbincang-bincang mengenai bisnis maupun investasi, ada 1 topik yang menarik mengenai bagaimana beliau menyiapkan warisan untuk anak-anaknya.
Pada umumnya, orang tua akan mempersiapkan warisan rumah untuk anak-anaknya, 1 anak 1 rumah. Demikian juga dengan big boss bakwan ini yang sudah prepare properti untuk anak-anaknya, namun takdir berkata lain, karena ternyata anaknya yang studi di London ini belum tentu mau pulang ke Indonesia lagi (biasa anak kalau sudah tinggal di LN memang enggan balik ke Indo, secara kita semua tahu bagaimana carut marutnya negara kita saat ini ya).
Awalnya dia sempat enggan merelakan anaknya jika harus memilih untuk stay forever di UK, namun pada satu titik, dia menyadari bahwa yang terpenting adalah kebahagiaan anaknya, bukan kemauan orang tuanya. So whatever happen , let it happen. Untuk anaknya yang ke dua , orang ini sudah menyiapkan bisnis bakwannya untuk diwariskan, jadi jikalau ada kegagalan karir di masa depan putranya, ia tinggal melanjutkan bisnis bakwan yang sudah dirintisnya.
Di momen inilah saya berdiskusi dengan beliau dan mengatakan, “Ko, kenapa kok ngga berpikiran warisan berupa aset saham saja ?”. Nampaknya beliau punya trauma akan investasi baik di saham maupun crypto. Kerugian ratusan juta hingga milyaran pernah dialami beliau sehingga menjadi antipati terhadap instrumen investasi ini.
Saya pribadi berfikir, ketika orang tua mewariskan suatu bisnis kepada anaknya, itu TENTULAH HAL YANG BAGUS ! Apalagi jika bisnisnya sudah running well dan sudah memiliki moat brand. Namun case dari orang ini belum tentu bisa diaplikasikan ke semua keluarga di Indonesia, kenapa ?? Karena secara statistik, jumlah pengusaha Indonesia sendiri masih sekitar 10jt orang saja, atau hanya 3,5% dari seluruh penduduk Indonesia.
Bagaimana nasib anak-anak yang bukan lahir di kalangan pengusaha ?
Setelah mengarungi perjalanan karir baik menjadi karyawan (programmer, broker) ataupun menjadi pengusaha (buka butik, gestun, printing, dll), ada beberapa hal krusial yang tidak akan luput saya wariskan kepada anak-anak saya :
1. MINDSET & KNOWLEDGE
Kalau kita dilahirkan di kalangan “The Have” alias wong soge, tentu orang tua kita akan mengajarkan segala pengetahuan , cara hidup dan pengalaman yang sudah dilaluinya. Si anak pun bisa langsung melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana orang tuanya bekerja, mengatur karyawannya, mengatur kerjaannya, mengatur keuangannya.
Hal ini yang tidak didapatkan oleh anak-anak dari kalangan bawah, makanya saya tidak kaget bahwa perjuangan orang yang lahir dari keluarga biasa-biasa saja untuk menjadi orang sukses itu sangat berat. Butuh luck (bertemu orang-orang yang mau membimbing), self awareness (menyadari ketertinggalannya) dan effort (kerja keras minimal sama dengan orang-orang sukses).
Bayangkan saja jika si anak ini diwarisi mindset & knowledge dari orang tuanya yang keliru, kemudian mereka TIDAK SADAR bahwa hal itu keliru, sehingga mewariskan lagi ke anak-anaknya, maka rantai kemiskinan di keluarga tersebut tidak akan pernah putus. Saya sendiri merasa beruntung karena di dunia finansial ini bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan bahkan yang termasuk UHNW. Pada umumnya, orang-orang sukses ini menurut saya tidak pelit dalam membagikan kisah hidupnya dan juga pengalaman kesuksesannya.
2. ASET SAHAM
Bagi saya pribadi, saya tidak merasa “wajib” mewariskan aset properti kepada anak-anak saya. Mengapa ? Berikut adalah beberapa alasan yang menjadi pertimbangan saya :
- Aset properti bagi saya bukan aset produktif , bahkan menimbulkan biaya (istilah bahasa keuangannya adalah Liabilitas).
- Pajak dari properti cukup besar, kalau anda mau beli dan jual akan kena pajak 5% dan 2,5% dari nilai aset properti anda. Kalau anda HIBAHkan pun maka tetap bayar pajak sebesar 2,5%. Ketika kita wafat pun, ahli waris masih harus membayar biaya-biaya baik pajak, notaris, dll.
- ROI dari investasi properti tidak sebesar investasi di saham, kecuali jika anda JACKPOT misal punya aset di Labuan Bajo yang dulu per meternya mungkin 100rban tiba-tiba meroket harganya karena dibangun oleh pemerintah.
Mungkin ada di antara teman-teman yang “property guy” dan tidak setuju dengan tulisan saya, silahkan tulis di kolom komen dan sertakan alasannya ya.
Bagi saya, warisan terbaik yang bisa diberikan adalah berupa portfolio saham. Oleh karena itu, saya dan partner saya Christian sama-sama sudah menyiapkan portfolio saham sebagai warisan untuk anak kami.
Saya sendiri memiliki 1 orang putri yang berusia 3 tahun dan bulan September 2025 ini akan lahir juga 1 orang putra saya. Untuk putri saya, sudah saya siapkan portfolio saham yang diambil dari angpao Imlek dan uang ultah yang didapatnya setiap tahun.
Warisan buat si nonik
Selama portfolio ini dibuat, total injectan dana kurang lebih sebesar 27jt rupiah dan semua deviden yang didapat saya reinvestasikan.
Warisan buat sinyo
Untuk portfolio kedua ini, sudah saya siapkan untuk anak ke 2 saya dan inisial dana yang saya masukkan sebesar 8jt rupiah di tahun 2025 ini. Sama strateginya dengan porto anak pertama saya, setiap angpao Imlek dan angpao Ultah akan saya topupkan di account ini.
Cara ini juga bisa dilakukan semua orang, tidak harus punya modal besar. Dengan investasi 500rb / bulan (6jt setahun) , jika portfolio investasi kita bertumbuh 15% setahun maka ketika anak kita lulus kuliah usia 21 tahun sudah mempunyai nilai investasi sekitar 650jt rupiah !
Dengan mewariskan aset berupa portfolio saham, kita juga terhindar dari yang namanya pajak lho (kalau mau dihibahkan pun juga bebas pajak).
Namun jangan lupa juga, ajarkan kepada anak-anak kita bagaimana mindset tentang uang dan cara berinvestasi yang benar, supaya anak-anak kita pun juga bisa meneruskan legacy ini kepada keturunan-keturunan berikutnya.
Teman-teman bisa membayangkan, jika kita mempunyai portfolio yang dibuild dengan benar, tidak ditradingkan, isinya wonderful company semua dan sudah kita hold selama puluhan tahun, bisa-bisa deviden yang dihasilkan di portfolio tersebut setara dengan injectan modal yang kita setorkan (seperti case di saham MTDL yang pernah saya bahas di sini ya.
Walaupun kita tidak memiliki bisnispun, jika kita urgent BU, portfolio saham kita juga bisa memberikan deviden setiap tahun yang bisa kita nikmati seolah-olah kita memiliki usaha sendiri. Makanya saya dan Arvest sangat mengencourage teman-teman semua untuk berinvestasi saham jangka panjang. Akan menjadi suatu legacy yang indah, jika dimulai dari generasi kita bisa mewariskan portfolio saham, apalagi jika anak kita bisa memberikan legacy yang sama pula kepada anak-anak mereka, dan diestafetkan terus ke keturunan-keturunan berikutnya. Bangunlah “Berkshire Hathaway” teman-teman mulai dari sekarang !