Saya baru saja membaca buku “The Art Of Wordly Wisdom: A Pocket Oracle” sebuah buku yang ditulis pada tahun 1647 oleh Baltasar Gracian Y Morales, S.J., seorang pastor Jesuit yang sangat cerdas dari Spanyol. Buku itu berisi banyak aforisme dan komentar atas aforisme tersebut. Di salah satu bagian, Ia membahas tentang “Festina Lente” yang setelah saya cari tahu lebih lanjut ternyata berkorelasi erat dengan salah satu Kaisar terbaik Romawi yaitu Kaisar Augustus.
Sekilas Tentang Kaisar Augustus (23 September 63SM – 19 Agustus 14M)
Salah satu dari 10 kaisar terbaik Roman Empire adalah Octavian Caesar Augustus. Seperti layaknya warisan sejarah, warisan Kaisar Augustus ini juga terbuka untuk diintepretasikan dan diterapkan dalam investasi maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kaisar Augustus yang juga keponakan dari Julius Caesar pada awalnya memimpin Roma melalui masa-masa penuh gejolak menuju ke suatu masa yang penuh ketertiban dan stabilitas dalam kurun waktu yang panjang yang disebut Pax Romana (Kedamaian Romawi). Ia memberikan pukulan terakhir yang telak bagi Republik Romawi dan mengukuhkan posisi yang begitu kuat sehingga memungkinkan kaisar-kaisar berikutnya seperti Caligula dan Nero untuk melakukan apapun sesuai keinginan mereka, termasuk beberapa kebiasaan-kebiasaannya yang berlebihan yang terkenal itu.
Sebagai Kaisar, Augustus memimpin serangkaian proyek untuk merapikan Roma setelah melewati banyak sekali perang saudara yang berkepanjangan. Ia memperluas perbatasan melalui kampanye militer yang akhirnya hampir menggandakan ukuran kekaisaran Roma pada waktu itu yang sebenarnya sudah luas, mereformasi sistem perpajakan dan sensus penduduk, melengkapi kota Roma dengan pasukan penjaga keamanan dan pemadam kebakaran, membangun infrastruktur jalan yang luas dengan teknik tinggi dan mendirikan layanan kantor pos.
Bayangkan pencapaian-pencapaian itu pada jaman kekaisaran Romawi dimana teknologi tidak semaju saat ini. Oleh karena itu, setelah Kaisar Augustus wafat pada tahun 14 Masehi, Senat Romawi memproklamirkannya sebagai Dewa – suatu kehormatan yang tidak asing di dunia kuno. Kaisar Augustus berhasil mencapai semua itu tidak hanya karena kecerdasannya, tetapi Ia memiliki suatu filosofi/prinsip berpikir yang disebut dengan “Festina Lente” yang artinya “Bergegaslah Perlahan”. Terdengar kontradiksi ya. Mungkin dalam Bahasa Inggris lebih enak di dengar “Make Haste Slowly”. Artinya seseorang harus sangat sabar tetapi tetap siap bertindak dengan cepat.
Festina Lente
Festina Lente sebenarnya berasal dari Yunani jadi bukan Kaisar Augustus yang mencetuskannya, Ia hanya mendedikasikan dirinya pada prinsip itu. Contohnya seperti yang dicatat oleh sejarawan Suetonius yang menggambarkan bagaimana Augustus mengubah militer setelah perang saudara terakhir di Republik Romawi. Augustus memiliki pemikiran “tidak ada yang lebih merendahkan karakter seorang jenderal yang mumpuni selain terburu-buru dan gegabah”, oleh karena itu Augustus melatih para jenderalnya untuk ”bergegas perlahan” dan menekankan bahwa “jenderal yang berhati-hati lebih baik daripada yang berani.”
Saking favoritnya prinsip ini sampai-sampai para pengukir Romawi menggambarkan emblem lumba-lumba yang melilit jangkar, yang dicetak pada koin-koin emas mereka. Lumba-lumba melambangkan kecepatan dan jangkar melambangkan stabilitas dan kehati-hatian.
Ini adalah bentuk dedikasi Kaisar Augustus dengan mencetak aureus (Koin Emas Romawi) dengan logo di atas pada sisi yang tidak memuat wajahnya (sudah menjadi kebiasaan umum di dunia kuno kalau tampang wajah kaisar diukir di mata uang koin). Selain itu Ia juga mencetak gambar kepiting yang mengangkat kupu-kupu. Kupu-kupu melambangkan kecepatan, sedangkan kepiting melambangkan kehati-hatian dan pertimbangan.
Seiring dengan perjalanan sejarah, banyak orang juga mengadopsi prinsip ini sebagai moto hidup mereka. Seperti Aldus Manutius, pemilik perusahaan percetakan pada era Renaisans, seorang humanis yang merevolusi industri penerbitan, mengadopsi festina lente sebagai etos kerja bisnisnya. Ia juga menggunakan lambang lumba-lumba melilit jangkar untuk tanda percetakannya. Demikian pula, Cosimo de Medici, seorang Grand Duke of Tuscany, menggambarkan festina lente dengan kura-kura yang membawa layar di tempurungnya. Selain itu ada kombinasi-kombinasi lain seperti ular yang melilit panah, kelinci yang mengenakan cangkang siput dan lumba-lumba melilit bunglon.
Festina Lente dalam Value Investing
Saya merasa festina lente ini juga dapat dengan tepat menangkap prinsip penting dalam value investing yang sering kali bertentangan dengan intuisi: Cara tercepat untuk mencapai tujuan investasi Anda adalah dengan bertindak sangat perlahan, atau bahkan tidak sama sekali (Charlie Munger juga pernah mengatakan “The big money is not in the buying or selling, but in the waiting” atau “Part of the Berkshire secret is there is nothing to do. Warren is pretty good at doing nothing”.)
Dengan kata lain, untuk unlock kekuatan dari compounding membutuhkan kesabaran untuk tidak bertindak sepanjang waktu. (The first rule Charlie Munger tentang compounding adalah “never interrupt it unnecessarily”). Hal ini jelas terlihat setelah dipikirkan, tetapi amat sulit dilakukan karena segala sesuatu dalam kebiasaan dan budaya kita umumnya mendorong kita untuk “do something”.
Oleh karena itu orang seringkali terjebak dalam perilaku kontraproduktif. Tidak bisa do nothing saat memegang saham perusahaan bagus, apapun alasannya merasa ingin do something yang sebenarnya tidak berguna. Ingat dalam berinvestasi kita tidak dibayar karena aktif, tapi kita dibayar karena benar!
Ada kutipan yang bagus dari Chuck Akre dari Akre Capital Management yang dapat menggambarkan hal ini dengan amat sangat baik:
“Examples of such counterproductive behavior are well known to all of us: trying to sell before the next recession, trying to buy just before the next bull market, “repositioning” portfolios based on what is supposed to do better in the new paradigm, dumping stocks during a downturn, which deprives oneself of the means to eventually recover. People do these things because they are intuitive, because these actions appear rational in the face of heightened concern and uncertainty. This is precisely why compounding over the long term is so challenging and rare: it demands counter-intuitive and seemingly irrational behavior.”
Terjemahannya:
“Contoh dari perilaku kontraproduktif ini sudah kita kenal: mencoba menjual sebelum resesi berikutnya, mencoba membeli tepat sebelum pasar bullish berikutnya, ‘merestrukturisasi’ portofolio berdasarkan apa yang diperkirakan akan lebih baik dalam paradigma baru, atau menjual saham selama penurunan pasar yang membuat Anda kehilangan peluang untuk pulih. Orang melakukan hal-hal ini karena kelihatannya rasional di tengah kekhawatiran dan ketidakpastian yang meningkat. Inilah alasan utama mengapa penggandaan jangka panjang begitu sulit dan jarang: ia membutuhkan perilaku yang bertentangan dengan intuisi dan tampak tidak rasional.”
Jual sebelum resesi! Restrukturisasi portomu sesuai dengan peristiwa terkini! Bukankah itu terdengar logis untuk dilakukan? Tidak, jika Anda ingin menikmati efek luar biasa dari compounding dalam jangka panjang!
Masalah utamanya dalam melakukan hal-hal yang tampak logis di atas adalah terlalu sulit untuk melakukannya dengan cukup baik dalam jangka waktu panjang secara konsisten. Tentu, Anda mungkin akan benar sesekali, tetapi di banyak waktu Anda akan selalu salah dalam menebak arah persitiwa di masa depan. Coba pikirkan semua keputusan yang harus Anda buat hanya dalam satu tahun, mencoba memprediksi lika-liku pasar setiap saat. Betapa melelahkan!
Jangan lupa juga efek pajak dari semua aktivitas ini terhadap hasil investasi Anda. (untungnya di Indonesia pajak saham sangat rendah 0,1%). Portofolio dengan turnover tinggi akan membuat pajak menjadi hambatan yang besar terhadap compounding. Dengan pajak dan biaya broker 0,4% setiap kali siklus transaksi, jika anda melakukan scalping maka sekitar 250x transaksi sebenarnya pajaknya sudah membuat modal Anda menjadi 0! Mungkin Anda tidak terasa karena memang ada beberapa transaksi yang untung dan Anda sangat mungkin menambah modal Anda secara berkala.
Selama pasar bearish, godaan untuk melakukan sesuatu semakin besar dan justru pada saat inilah sangat penting untuk tetap tenang. Seperti yang ditulis oleh Baltasar Gracian selama kondisi suram Eropa di tahun 1647:
“Biarkan segalanya tetap tenang. Terutama ketika lautan – orang-orang, teman-teman Anda, kenalan Anda – Sedang bergolak… Butuh sedikit untuk membuat aliran menjadi keruh. Anda tidak bisa membuatnya jernih dengan mencoba, hanya dengan membiarkannya sendiri. Tidak ada obat yang lebih baik untuk kekacauan selain membiarkan ia memperbaiki dirinya sendiri.”
“Ketahuilah cara menunggu… Jangan pernah terburu-buru dan jangan pernah menyerah pada emosi… Keberuntungan memberi penghargaan besar kepada mereka yang menunggu.”
IHSG sepanjang 2024 bisa dikatakan sideways cenderung menurun kinerjanya, tidak populer menjadi seorang yang optimis saat ini. Semua orang tampaknya ingin membuat prediksi suram tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi bagi saya, sulit untuk tidak merasa optimis ketika melihat apa yang saya miliki dalam portofolio Arvest Capital saat ini.
Bisnis-bisnis dalam portofolio Arvest Capital menggandakan modalnya dengan laju yang cukup tinggi. Mereka memiliki keunggulan kompetitif yang kuat. Orang-orang yang menjalankannya menurut riset kami sendiri adalah orang yang berintegritas dan beberapa memiliki porsi yang signifikan dalam bisnisnya. Neraca keuangan mereka cenderung kuat. Saya percaya koleksi bisnis ini akan bernilai jauh lebih besar dalam dekade mendatang. Konyol jika menjualnya sekarang, lebih baik menambah porsi lembar saham apabila memungkinkan karena banyak yang diperdagangkan pada harga undervalued. Dengan “tidak melakukan apa-apa/do nothing” untuk waktu yang lama, Saya rasa akan terus menikmati “the magic of festina lente.”
Thanks for reading…