Ada pepatah mengatakan "Belajar dari pengalaman adalah guru terbaik, belajar dari pengalaman orang lain adalah bijaksana". Cara untuk belajar dari pengalaman orang lain tentu dengan bertanya langsung kepada narasumbernya, selain itu tentu dengan membaca buku, karena buku sendiri adalah buah pemikiran yang bisa kita serap tanpa harus bertemu dengan sang penulis.


Artikel ini saya akan membahas buku berjudul Cashflow Quadrant karangan Robert Kiyosaki (jujur saya sendiri bukan penggemar Robert bahkan saya sering tertawa melihat potongan video Robert di youtube yang sangat anti dengan saham , bahkan pernah berkata kepada Warren Buffet F*CK OFF !). Tapi kita tentu harus objektif, kalau ada yg buruk pada seseorang ya tidak usah diikuti, kalau ada ilmu yang bisa diambil ya kita ambil.


Berbeda dengan Sun Tzu dengan Art Of War-nya yang menginspirasi saya untuk membuat karya, di buku Cashflow Quadrant ini lebih ke arah membukakan mindset saya tentang bagaimana uang bekerja dan bagaimana seharusnya cara pandang kita terhadap uang. Jujur, kalau kita bukan berasal dari keluarga "the have" yang sudah mendapatkan pendidikan literasi keuangan yang baik, kita akan kesulitan mempunyai mindset yang benar tentang uang dan hal ini akan turun temurun diteruskan ke keturunan kita, dan inilah yang saya lihat terjadi di Indonesia. Literasi finansial yang rendah menyebabkan berbagai masalah keuangan dalam keluarga.


Okay langsung saya bahas bukunya ya, Cashflow quadrant ini menceritakan bahwa terdapat 4 kuadrant dalam tiap manusia



Yang pertama adalah kuadrant E (Employee) atau biasa disebut golongan karyawan ada di sisi kiri atas.

Yang kedua adalah kuadrant S (Self Employee), yaitu golongan orang yang punya usaha sendiri dan bekerja berdasarkan profesinya, contohnya seperti dokter , pengacara , konsultan.

Kuadran E dan S di buku ini diceritakan ada di sisi kiri dan diibaratkan dengan Poor Dad (ayah yang miskin).


Yang ketiga adalah kuadrant B (Businessman) golongan ini berbeda dengan kuadrant S karena orang golongan B ini memiliki sistem dalam usahanya sehingga ia akan menempatkan orang-orang terbaik di manajemen perusahaannya. Ia tidak perlu harus bekerja sendiri seperti golongan S.

Dan terakhir ada kuadran I (Investor) golongan ini adalah orang-orang kaya yang sudah memiliki modal hingga ia akan menaruh uangnya ke perusahaan-perusahaan / bisnis yang dirasa menguntungkan.

Kuadran B dan I ada di sisi kanan dan diibaratkan sebagai Rich Dad (ayah yang kaya).


Mari kita bahas satu persatu !


Employee (Karyawan) / Kuadran E


Kalau anda bukan anak dari orang kaya, tentu karir pertama anda biasanya akan bermula dari kuadran E. Kita tidak punya modal untuk buka usaha, sehingga langkah paling aman ya sesudah lulus kuliah cari kerjaan. Golongan ini akan menukar waktu yang dimiliki dengan kompensasi gaji. Seperti dulu sesudah lulus kuliah, saya bekerja sebagai programmer di perusahaan Singapore Malaysia. Pontang panting Indo Malay selama 6 bulan, bos saya juga tidak mau menguruskan visa kerja sehingga sesudah 29 hari di Malay/SG, saya balik ke Indonesia dan 2 hari kemudian berangkat lagi ke Malay / SG (karena aturan stay di luar negri max 30 hari saat itu). Setelah 6 bulan jadi "sapi perah" asing, saya memutuskan resign. Saya tidak menyesal pernah masuk di kuadran E ini, karena saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dari bos saya.


Sebagai seorang programmer, jam kerja saya dari jam 9 pagi sampai jam 3 pagi (WTF) dari Senin - Jumat, kok bisa kerja sampai jam 3 pagi ? Saat itu saya tinggal di kantor (ada kamarnya di dalam kantor) dan BOS SAYA SENDIRI KERJANYA JUGA SAMPAI JAM 3 PAGI !! Bagaimana saya bisa tidur kalau bos saya masih bekerja. Di situ saya belajar yang namanya, KERJA RODI KERJA KERAS.


Menurut saya , golongan karyawan ini ada 2 hal penting yang harus diingat, yang pertama pastikan perusahaan tempat anda bekerja mempunyai jenjang karir yang jelas dan merupakan perusahaan besar. Kalau anda bekerja sebagai karyawan toko kelontong tentu kemungkinan anda untuk mencapai kebebasan finansial lebih kecil dibandingkan anda bekerja di perusahaan nasional macam Astra , Sampoerna atau BCA.


Yang kedua, kalau jabatan kita di kuadran E ini bukanlah sales , maka satu-satunya cara untuk kaya adalah mengejar posisi tertinggi yaitu sebagai direktur perusahaan dengan gaji besar. Namun kalau kita adalah orang yang sangat ama rajin, saya sarankan bekerjalah di industri apapun sebagai sales, karena posisi ini memberikan anda kompensasi penghasilan bukan hanya dari gaji, tapi dari komisi. Semakin banyak penjualan anda tentu komisi yang diterima makin besar. Terkadang, seorang sales bisa mengalahkan income atau take home pay dari atasannya. Tapi jangan lupa, posisi ini paling digencet dalam perusahaan, kalau target belum terpenuhi siap-siap anda lembur tanpa bonus, Sabtu Minggu jaga pameran ataupun sebar brosur ke rumah-rumah. Sales adalah ujung tombak dari perusahaan.


Orang-orang yang ada di Kuadran Employee (karyawan) ini, akan mendapatkan "ketenangan", karena mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulannya. Namun "ketenangan" ini bisa menjadi pedang bermata 2, karena bisa membuat para karyawan berada dalam zona nyaman.


Self Employee (Pengusaha Kecil) / Kuadran S


Berikutnya kuadran S, walaupun mempunyai title pengusaha, orang golongan S ini sebenarnya masih membarter atau menukar waktunya dengan uang, hampir sama dengan golongan E. Misal kalau anda seorang dokter, kalau anda tidak praktek ya tidak ada uang yang anda dapatkan. Sama seperti karyawan kalau tidak bekerja juga tidak akan digaji. Yang membedakan adalah, kalau anda seorang dokter yang terkenal dengan jadwal pasien yang penuh antrian, tentu pendapatan anda akan berlipat-lipat dibandingkan karyawan yang gajinya tetap setiap bulan.


Tidak sedikit pula, berawal dari nama besarnya , orang golongan S ini akhirnya beralih ke golongan pebisnis karena membuka cabang menggunakan nama dia, namun pekerja-pekerjanya adalah orang lain. Seperti contohnya mbak Inul Daratista, yang dulunya sebagai pedangdut dan kini beralih ke kuadran B dengan mempunyai beberapa bisnis salah satunya karaoke Inul Vizta.


Berbagai bisnis Inul Daratista yang dirintis dari awalnya sebagai penyanyi dangdut


Jadi, tahapan yang biasa dilalui dalam karir seseorang dari bawah adalah , menjadi Employee (mendapatkan pengalaman dan modal), beralih ke kuadran S membuka usaha pribadi sesuai skill dan pengalaman yang dimiliki, kemudian beralih ke kuadran kanan menjadi seorang Businessman.


Businessman (Pengusaha Besar) / Kuadran B


Golongan ketiga dalam Cashflow Quadrant adalah kuadran B alias businessman. Orang dalam golongan ini berfikir secara sistem dan tidak bekerja sendirian. Mereka akan menggunakan prinsip OPT (Other People Time). Kalau kita bekerja sendirian, maka waktu yang digunakan untuk bisnis kita maksimal 1x24 jam. Kalau kita mempunyai 10 karyawan dengan 8 jam kerja sehari , berarti bisnis kita dijalankan dengan 80 jam kerja sehari. Pola pikir ini yang membuat para pebisnis akan selalu membuat sistem di dalamnya, sehingga memudahkan ia untuk mengontrol pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan orang karyawannya.


Seringkali kita dengar istilah SOP (Standard Operating Protocol) , Job Desc (Job Description) , KPI (Key Performance Indicator) yang digunakan dalam perusahaan-perusahaan, dan kalau kita perhatikan, perusahaan-perusahaan besar akan sangat kuat dalam hal-hal seperti ini, berbeda dengan perusahaan kecil yang cenderung membuat sistem seadanya. Tidak akan mungkin bagi 1 orang untuk mengontrol seluruh karyawannya apalagi jika jumlah karyawannya sudah mencapai puluhan , ratusan bahkan ribuan.


Mempunyai sistem dan manajemen di setiap divisi perusahaan adalah satu-satunya cara seorang pebisnis melakukan controlling dan memungkinkan mereka untuk leverage skala bisnisnya.


Selain OPT, orang-orang di golongan ini juga menggunakan prinsip OPM (Other People Money). Kalau bisnis berjalan dengan baik, mereka juga akan memanfaatkan leverage berupa pinjaman, yang dirasa dapat mendongkrak penjualan perusahaan dan pada akhirnya akan menghasilkan laba yang lebih besar pula. Terkadang , jika pebisnis hanya mengandalkan dana yang dimilikinya sendiri, pertumbuhan bisnis perusahaannya juga akan terlimitasi.


Namun, golongan ini mempunyai tingkat resiko yang tinggi, karena dalam kuadran ini, anda masih mempunyai kewajiban untuk membayar gaji, biaya operasional perusahaan ataupun membayar hutang-hutang walaupun misal perusahaan sedang merugi sekalipun, kalau tidak sanggup bisa berujung dengan kebangkrutan. Golongan ini butuh orang-orang nekad yang siap bertaruh dalam hidup, makanya kuadran ini paling sedikit populasinya, hanya 3%an saja dari seluruh penduduk Indonesia.


Menurut buku Cashflow Quadrant, ketika seseorang masuk dalam golongan B dan I barulah ia bisa mencapai kebebasan finansial, nah bagian ini yang SAYA TIDAK SETUJU dalam buku ini, karena menurut saya baik kuadran E , S ataupun B bisa mencapai kebebasan finansial, asalkan mereka juga menjadi seorang I alias seorang investor.


Investor / Kuadran I


Untuk kuadran ini tidak perlu penjelasan panjang lebar karena saya yakin, teman-teman sudah tahu bagaimana investasi bekerja. Kita menaruh uang dalam bentuk aset dengan harapan aset tersebut bertumbuh nilainya atau menghasilkan uang lagi untuk kita. Investasi yang dilakukan bisa dalam berupa saham, obligasi, properti , bisnis ataupun produk-produk investasi lainnya. Orang-orang golongan ini memiliki mindset untuk terus menerus membesarkan "aset" yang mereka miliki dan tidak suka untuk membeli "liabilitas".


Aset Vs Liabilitas


Cashflow Quadrant juga menjelaskan perbedaan Aset dan liabilitas.

Aset yang dimaksud dalam buku ini berbeda dengan aset dalam neraca akuntansi pada umumnya, aset menurut Robert adalah segala instrumen yang menghasilkan uang (positive cashflow), sedangkan liabilitas adalah segala instrumen yang mengeluarkan uang (negative cashflow). Rich Dad digambarkan sebagai seseorang yang gemar untuk membesarkan aset, setiap penghasilannya sesudah dikurangi dengan pengeluaran akan digunakan untuk membeli aset.


Aset yang dibeli akan menghasilkan uang lagi secara pasif sehingga otomatis akan memperbesar penghasilannya. Hal ini dilakukan terus-menerus sehingga pada akhirnya biaya pengeluaran akan tertutup hanya dengan uang yang dihasilkan dari aset-asetnya saja. Kondisi ini yang dinamakan dengan Finansial Freedom.


Berikut contoh diagramnya :



Rumah tinggal tidak dikategorikan sebagai aset menurut Robert, karena dengan membeli rumah tinggal kita harus mengeluarkan biaya (kewajiban) baik untuk maintenance , PBB dsb dan tidak menghasilkan cashflow. Sebaliknya, kalau kita membeli / investasi rumah untuk disewakan atau dibuat rumah kos maka akan menghasilkan uang (cashflow) sehingga dimasukkan sebagai aset.


Antitesis Dalam Buku Cashflow Quadrant Menurut Saya


Bagian di atas saya sempat mengatakan tidak sepenuhnya setuju dengan buku ini terutama pada bagian untuk mencapai finansial freedom harus dari kuadran kanan. Penjelasan mengapa menurut saya golongan Employee dan Self Employee juga bisa mencapai financial freedom karena saya sendiri sudah melihat langsung bagaimana seorang karyawan ataupun seorang self employee, bisa memiliki kebebasan finansial karena sewaktu kerjanya, mereka menyisihkan gaji atau pendapatannya untuk investasi, baik berupa investasi saham ataupun dibelikan rumah kos-an. Investasi yang dilakukan selama puluhan tahun itu jauh memberikan return dibandingkan gaji atau penghasilannya selama aktif bekerja.


Masalahnya, orang di kuadran Employee ini terkadang tidak berfikir ke sini, sehingga gajinya tiap bulan habis untuk ngopi-ngopi cantik, nyicil HP Iphone terbaru atau beli baju branded. Bahkan ironisnya, ketika kondisi uang tidak cukup pun mereka rela gesek kartu kredit untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan, bukan mereka butuhkan. Makanya banyak penduduk kita yang tidak bisa pensiun meskipun sudah masuk usia pensiun.


Permasalahan berikutnya yang terjadi di masyarakat adalah, orang-orang cepat-cepat ingin beralih ke kuadran Investor namun belum mempunyai kemampuan sebagai seorang investor. Ini ibaratnya anak SD yang ingin langsung kuliah. Alhasil, hal ini banyak diabuse oleh orang-orang yang menawarkan “cara cepat melipat gandakan uang” entah melalui crypto , saham atau bisnis-bisnis yang ga jelas. Seminar-seminar atau kelas seperti ini malah laku keras, sebaliknya seminar-seminar tentang financial planning, cara mengatur uang, cara investasi saham jangka panjang malah kurang diminati oleh market.

Padahal para penjual seminar seperti ini dapat duitnya juga dari uang seminarnya, bukan dari investasinya.


Yang terpenting bagi tiap orang adalah kedisiplinan untuk berinvestasi, perkara cara mendapatkan uang untuk investasi bisa ditempuh dengan semua kuadran.

Tidak semua orang mempunyai kemampuan menjadi seorang pebisnis, namun saya percaya semua orang bisa menjadi seorang investor.


Oleh karena itu, menurut saya pendidikan literasi keuangan seharusnya menjadi materi pokok wajib untuk kurikulum sekolah, buat apa kita wajib belajar fisika , integral kalau pada akhirnya penduduk Indonesia mengelola uang saja ngga bisa ? Kalau bangsa kita mau maju untuk jangka panjangnya, kita harus dan wajib membekali kita dan anak-anak kita literasi keuangan yang baik, sedini mungkin.