Sejarah Singkat “The Coffee Can Portfolio”

Pada zaman dahulu sebelum sistem perbankan sebaik sekarang, para penambang emas di Old-West Amerika menyembunyikan kontrak penambangan emas mereka beserta uang dan barang-barang berharganya pada kaleng kopi lalu disimpan ditempat yang aman di dalam rumah mereka, bisa juga ditanam ditempat yang hanya diketahui oleh pemilik rumah selama beberapa dekade. Mereka berusaha keras untuk tidak menjual tanah atau kontrak penambangan emas itu sampai mereka benar-benar mendapatkan emas. Ini merupakan sebuah komitmen kepada diri mereka sendiri.


Penambang emas lainnya selalu membawa kontrak penambangan emasnya di dalam saku mereka. Setelah lelah menambang dan tidak mendapatkan emas, mereka dengan frustasi pergi ke bar hingga larut malam untuk minum wiski. Mereka tidak segan-segan untuk menjual tanah atau kontrak penambangan emasnya demi membeli tambang emas orang lain yang terdengar lebih menjanjikan. Sebaliknya, penambang emas yang berkomitmen untuk mengeksplorasi potensi penuh tambangnya pada akhirnya akan benar-benar mendapatkan emas. Sounds familiar in stock market?


Robert Kirby dan peristiwa yang merubah filosofi investasinya

Pada tahun 1950-an, Robert Kirby seorang professional investment advisor mendapatkan pengalaman berharga yang benar-benar merubah total filosofi investasinya. Kirby memiliki klien utama sepasang suami istri dan seringkali memberikan advice kepada sang suami terhadap portofolio pribadinya dan milik istrinya. Sesuai dengan tugasnya sebagai professional investment advisor, Kirby selalu memberikan saran kapan harus menjual dan membeli saham. Everything going well for 10 years... hingga sang suami akhirnya meninggal, istrinya menelepon Kirby agar tetap melanjutkan pengelolaan portofolio investasinya dibawah manajemen Kirby. Bahkan warisan tanah dari suami hendak dibelikan saham kedalam pengelolaan Kirby.


Beberapa tahun kemudian sepeninggalan suami, istrinya kembali menelepon Kirby karena secara kebetulan ia baru saja menemukan harta suaminya yang disembunyikan berupa tumpukan lembar-lembar saham dalam brankasnya. Kirby dengan segera memeriksa dan menilai lembar-lembar saham tersebut, lalu mengetahui bahwa sebenarnya sang suami pada dasarnya mengikuti segala rekomendasi “BUY” dan “SELL” darinya dan membeli $5.000 USD di setiap saham baik di portofolionya sendiri dan portofolio istrinya, tetapi sang suami melakukan sedikit modifikasi terhadap “SELL”. Pada saat Kirby merekomendasikan untuk “SELL”, sang suami hanya menjual saham yang berada pada portofolio istrinya namun di portofolionya sendiri ia tidak melakukan apa-apa. Kirby sangat terkejut karena melihat imbal hasil portofolio sang suami benar-benar terpaut sangat jauh dibandingkan milik istrinya yang 100% mengikuti rekomendasi “BUY’ dan “SELL”. Dari nilai awal investasi sejumlah $5.000 pada masing-masing saham, ada beberapa saham yang harganya jatuh menjadi $2.000, namun kebanyakan saham ada yang melebihi $100.000 bahkan ada satu saham yang harganya lebih dari $800.000. WOW!!... Saham yang memberikan imbal hasil besar tersebut adalah saham Haloid Photographic, yang dikemudian hari menjadi terkenal sebagai penjual mesin fotokopi bernama Xerox. 


Analisis Robert Kirby terhadap kedua portofolio di atas membuatnya menulis sebuah artikel dengan judul “The Coffee Can Portofolio”. Artikel tersebut di publikasikan pada tahun 1984 di The Journal of Portfolio Management. Walaupun sudah lebih dari tiga dekade namun artikel itu masih sangat relevan dan merupakan strategi portofolio sukses hingga saat ini. Berikut tautannya :

http://csinvesting.org/wp-content/uploads/2016/12/the-coffee-can-portfolio.pdf


How to build our Coffee Can Portfolio?

Ide dasar dari “The Coffee Can Portfolio” sebenarnya sangat simple: Buy and “Do Nothing”. Tapi sebelumnya lakukan beberapa hal ini:

  1. Lakukan analisis dan buatlah thesis investasi.
  2. Kumpulkan beberapa thesis terbaikmu.
  3. Buy and “do nothing”.

Do Nothing seringkali menjadi opsi terbaik, tapi do nothing jangan diartikan secara harafiah sebagai benar-benar tidak melakukan apa-apa (Do Nothing ≠ Ignore). Tetap awasi apa yang dilakukan perusahaan, bukan mengawasi harga sahamnya lalu kemudian melakukan aktivitas trading jangka pendek. Secara berkala sebaiknya kita melakukan check-up apakah perusahaan yang kita beli masih sejalan dengan thesis awal kita sebelum membeli perusahaan tersebut (balance sheet sehat, ROIC tinggi, keunggulan kompetitif, dll). Apabila alasan awal yang membuat kita membeli sahamnya dahulu sudah tidak lagi terpenuhi, mungkin bisa dipertimbangkan untuk menjual saham.


Setelah melakukan 3 hal di atas, kumpulkan portofolio saham terbaikmu untuk disimpan dalam jangka panjang setidaknya ±10 tahun. Portofolio seperti ini sangat praktis dan tidak membutuhkan biaya apa-apa. Benefit lain dari portofolio ini adalah tidak membebani psikologis investor dan menjauhkan manusia dari insting terburuknya yaitu “GREED”. Membeli lalu kemudian membiarkan saham dalam 10 tahun adalah hal yang sulit bagi sebagian besar orang. Banyak sekali perubahan-perubahan kondisi ekonomi baik naik atau turun yang terjadi dalam 10 tahun. Hal yang perlu disadari apabila kita mengharapkan imbal hasil yang besar maka kita membutuhkan waktu untuk perusahaan yang sahamnya kita beli agar berkembang semakin besar. Imbal hasil 100% tidak akan pernah kamu capai apabila 5%-10% saja sudah buru-buru dijual, imbal hasil 1.000% juga tidak akan pernah kamu capai kalau 100%-200% sudah kamu jual, dst dst... 


Kesalahan dalam menerapkan prinsip Coffee Can Portfolio

Dari hasil pengamatan saya, banyak orang dalam pasar saham yang mencoba untuk mendapatkan profit lebih banyak dengan cara menjual ketika saham sudah dirasa terlalu tinggi dan membeli ketika saham dirasa terlalu rendah harganya. Namun hasil yang didapatkan tidak sebaik mereka yang menyimpan sahamnya dalam jangka waktu lama sepanjang siklus pasar. Coba tanyakan pada diri sendiri dan renungkan beberapa pertanyaan ini: 

  1. Berapa kali kamu tidak jadi membeli saham perusahaan bagus hanya karena menurutmu harganya sudah agak mahal? Hanya untuk melihat harganya semakin tinggi, tinggi dan tinggi seiring berjalannya waktu? Ini sudah menjadi keluhan umum para investor pasar saham. 
  2. Pernahkah kamu merasa capek setelah melakukan trading berkali-kali lalu kemudian berharap kamu dapat membeli saham bagus untuk dibiarkan saja?


“INVESTING TENETS #3

To Nab Really Big Returns, You Need Time. And to Get That Time, You Need to Suffer Some Big Drops Along The Way.”


Dengan Coffee Can Portfolio kamu tidak perlu khawatir tentang The Fed, Perang dagang China Amerika, Resesi, dll. It’s a beautiful thing...



Happy Investing..