Saham, Obligasi, Emas, Properti, Mana Yang Baik Untuk Investasi?


Apakah Anda pernah mendengar tentang opportunity cost ? Apabila Anda dihadapkan pada pilihan berinvestasi di saham, emas, obligasi, dan tanah, mana yang akan Anda pilih? Ini adalah sebuah konsep yang fundamental dalam investasi atau dapat juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara lebih luas.

Opportunity cost adalah biaya yang harus dikeluarkan/ditanggung ketika kita memilih satu alternatif di atas alternatif yang ada lainnya.


Dengan kata lain, apabila diterapkan dalam investasi obligasi dengan kupon 5% per tahun dan saham dengan return 13% per tahun maka selisih 8% adalah opportunity cost yang harus kita korbankan karena memilih berinvestasi di obligasi. Konsep ini penting karena sumber daya seperti waktu dan uang sifatnya terbatas, sehingga setiap pilihan kita dalam berinvestasi akan selalu memiliki trade-off atau pengorbanan.


The savviest investor in the world Warren Buffet sangat menekankan pentingnya investor dalam memahami opportunity cost dalam berinvestasi karena setiap 1 rupiah uang yang kita investasikan memiliki potensi untuk menghasilkan lebih banyak uang di masa depan.


Beberapa contoh konkret opportunity cost dalam keseharian:

1.  Investasi di saham A vs saham B

Misalnya ada 2 saham yang Anda sudah analisis dan tertarik untuk membelinya. Saham A di harapkan menghasilkan return sebesar 8% per tahun, sementara saham B diharapkan menghasilkan return 15% per tahun. Jika Anda memilih untuk menginvestasikan uang Anda pada saham A, opportunity cost-nya adalah 7% per tahun yang bisa Anda dapatkan jika memilih saham B. Dalam jangka yang sangat panjang, perbedaan return ini bisa menjadi sangat signifikan.

 

2.  Keputusan beli saham vs rumah

Seorang investor memiliki dana sebesar 1,5 miliar rupiah dan mempertimbangkan untuk membeli rumah atau saham. Jika rumah yang dibelinya memberikan kenaikan nilai aset 6% per tahun, sementara saham memberikan return sebesar 15% per tahun, maka membeli rumah berarti Anda sedang mengorbankan 9% per tahun dalam bentuk opportunity cost (saya belum memperhitungkan pajak jual beli rumah, biaya notaris dan PBB). Alternatif lainnya apabila investor memang membutuhkan rumah untuk tempat tinggal maka bisa dipertimbangkan menyewa. Dengan yield sewa yang umumnya 3% per tahun (di Surabaya) dari harga rumah berarti Anda dapat menyewa rumah itu langsung 10 tahun seharga 450 jt rupiah dan sisa uang Anda sebesar 1.05M diinvestasikan ke saham dan masih memberikan return yang jauh lebih baik daripada Anda membeli rumah. Ilustrasi sederhananya ada di tabel di bawah ini:

 

Apabila Anda memilih opsi ketiga dan disiplin dalam investasi Anda, maka Anda pasti akan dapat membayar perpanjangan sewa rumah Anda di tahun ke 10 tanpa ada masalah dan Anda masih memiliki aset yang bernilai lebih tinggi dibandingkan membeli rumah.

 

3.  Nonton sepak bola piala dunia vs tinju perebutan juara dunia

Secara lebih simpel lagi, apabila ada acara sepak bola piala dunia dan tinju perebutan juara dunia yang disiarkan di waktu yang sama di channel televisi yang berbeda, maka opportunity cost yang harus Anda korbankan apabila memilih menonton tinju adalah tidak menonton sepak bola.

 

Kesimpulannya, opportunity cost adalah konsep yang harus dipahami setiap investor untuk mengambil setiap keputusan investasi. Setiap keputusan investasi yang baik bukan hanya tentang apa yang Anda pilih atau beli, tetapi juga tentang apa yang Anda lepaskan/korbankan untuk keputusan tersebut.