Kisah Si Luki Dengan Mertuanya
Dalam satu tahun terakhir ini saya sering ngobrol dengan teman saya, sebut saja namanya Luki. Obrolan kami ini lebih ke arah curhat dengan kondisi si Luki ini yang seringkali berkeluh kesah tentang problematika hidupnya setelah married. Jadi Luki ini tinggal di PMI (Pondok Mertua Indah) dan memiliki 2 orang anak laki-laki. Anak pertama berusia 6 tahun dan yang kedua berusia 4 tahun sebut saja namanya Ardi dan Romi.
Singkat cerita, permasalahan utamanya ada di hubungan mertua dengan menantu terkait cara mendidik dan memperlakukan anak, jadi secara Ardi ini adalah cucu laki-laki pertama, alhasil amat sangat difavoritkan dan dimanja oleh mertua sedangkan adiknya Romi hampir tidak pernah digubris. Walaupun ini terlihat simple namun dampaknya cukup besar. Bayangkan saja, pernah suatu kali saat saya kebetulan bertemu Luki dan Romi, saya menanyakan “Lho kok Ardi ga ada? Kemana?”, jawab Luki “Biasa jadwal seminggu sekali kan pasti diajak emaknya ke mall, ke Toys Kingdom beli mainan”. Saya pun melanjutkan “Lah? Romi ga diajak juga?”. Sambil tersenyum sinis Luki menjawab “mana pernah, mainannya Romi ini kan lungsuran kakaknya kalau sudah bosan”. Broader speaking, bahkan sampai setiap malam main bersama di kamar mertua, Romi tidak pernah diajak. Pernah suatu kali Romi sendiri yang tanya mengapa tidak diajak main, emaknya ini menjawab dengan terus terang “Kakakmu itu pintar, nurut kalau dibilangin, kalau kamu ngeyel terus”. Selain itu banyak contoh-contoh lainnya yang tidak mungkin saya rinci disini.
Posisi teman saya si Luki, karena dia berada di PMI, tidak bisa leluasa dalam mengambil sikap. Kalau dipaksakan, bisa jadi perang dunia ke-3 dan merugikan semua pihak. Pasangannya juga tidak bisa apa-apa karena posisinya terjepit di tengah-tengah. Tapi bukannya si Luki ini diam saja, segala cara pernah dia lakukan hanya saja tidak berhasil dan setiap kali itu terjadi, si Luki ini selalu merasa jengkel luar biasa tapi tidak bisa apa-apa. Itulah kira-kira topik yang selalu jadi bahan curhatan ketika kami bertemu. Nasihat yang paling saya favoritkan adalah:
“Some Things Are Up To Us And Some Are Not Up To Us”.
Epictetus - Stoic Philosopher
Kalimat simple but powerful itu sebenarnya adalah pembuka dari buku The Enchiridion yang artinya “Beberapa hal berada dalam kendali kita dan beberapa hal lainnya tidak.” Nama besar yang tertera dalam buku itu adalah Epictetus. Ia adalah seorang filsuf Stoicism yang dulunya mantan budak dari Kekaisaran Romawi. Setelah dibebaskan dari status budaknya, Ia menjadi seorang filsuf yang amat sangat dikagumi dan memiliki sekolah filsafatnya sendiri di Nikopolis. Murid-muridnya berasal dari seluruh penjuru Kekaisaran yang sengaja datang untuk belajar darinya.
Sebenarnya Epictetus ini tidak pernah menuliskan pemikiran-pemikirannya, namun ada seorang muridnya yang rajin mencatat bernama Arrian. Berkat Arrian ini kita bisa membaca Discourses (salah empat dari delapan buku yang bertahan) dan The Enchiridion ini adalah ringkasan-ringkasan ide dari Discourses.
Bagi Epictetus, kebijaksanaan dimulai dari kemampuan kita dalam membedakan apa yang bisa kita kendalikan dan apa yang tidak. Contohnya, apa yang dipikirkan dan kemudian dilakukan orang lain adalah sesuatu yang tidak berada dalam kendali kita, dan hal-hal yang diluar kendali kita tidak perlu kita risaukan. Namun, beberapa hal yang berada dalam kendali kita, seperti keputusan yang kita buat, adalah hal yang sebaiknya kita fokuskan untuk melakukan sebaik yang kita bisa. Contohnya:
“Apa artinya dihina? Berdirilah di depan batu dan hinalah batu itu, apa yang akan Anda dapatkan/capai? Jika seseorang menanggapi hinaan seperti batu, apa yang didapat dari si penghina itu dengan celaannya?”
Hal-hal lain yang berada di luar kendali Anda seperti contoh di atas sejatinya tidak boleh dan tidak bisa mengganggu Anda kecuali Anda sendiri yang mengizinkannya. Hinaan dan celaan itu hanya memiliki kekuatan sejauh Anda memberinya kekuatan itu. Dalam bukunya ada banyak contoh kehidupan nyata yang dapat kita pelajari bagaimana cara menjaga ketenangan hati dan pikiran yang dapat kita pelajari untuk tenang menghadapi nasib serta menyambut tantangan apapun yang akan datang di kehidupan kita yang mencakup banyak hal seperti kematian, persahabatan, politik, dll. Tentu saja poin penting saya dari cerita-cerita di atas adalah bagaimana seorang investor harus bertindak:
“Bayangkan Anda sedang bermain Kartu Capsa. Bagaimana Anda tahu kartu apa yang akan dibagikan? Tapi menggunakan kartu itu dengan sebaik-baiknya adalah tanggung jawab Anda.”
Atau kalau diaplikasikan dalam cerita teman saya di atas:
“Anda dapat mendidik anak Anda dengan cara sebaik yang Anda bisa, ini adalah tanggung jawab penuh Anda sebagai orang tua. Namun perlakuan mertua jelas di luar kendali Anda. Jika Anda berpikir keluar dari PMI adalah langkah yang terbaik dan memungkinkan, silakan saja Anda lakukan asal dengan pertimbangan yang rasional.” (Sayangnya, karena satu dan lain hal kondisi teman saya tidak memungkinkan untuk itu)
Intinya dalam hidup, tugas pertama kita adalah membagi dan membedakan hal-hal dalam dua kategori: eksternal adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan, dan pilihan yang kita buat terkait hal-hal itu yang bisa saya kendalikan. Ini adalah pandangan yang sangat baik bagi seorang investor. Lebih lanjut hal ini disebut Dichotomy Of Control.
Naik turun harga saham? Itu di luar kendali Anda. Tetapi keputusan dan respons Anda terhadapnya adalah 100% kendali Anda. Dalam hal ini, kesabaran adalah bentuk virtue/kebajikan.
Dalam Investasi Saham, Tidak Ada Hal Penting Yang Terjadi Hanya Dalam Semalam..
Di sepanjang 2022, saya sedang fokus mengakumulasi satu saham. Dulu di private WA Group sebelum saya mendirikan Arvest ini saya seringkali membahas tentang saham ini. Sebut saja kode sahamnya WAIT (maaf namanya saya samarkan karena ada conflict of interest dengan Hedge Fund saya), saham ini sedang menguji kesabaran saya. Harga sahamnya sideways hampir tidak bergerak sepanjang 2022 sampai awal 2023. Di awal 2023, saham ini sempat menyentuh all time high yang hingga saat ini di akhir 2024 belum pernah dicapainya lagi, malahan saat ini harganya sudah -40% lebih dari ATH di 2023. Namun kinerja bisnisnya menurut saya sangat kuat.
WAIT adalah perusahaan induk dengan anak usaha yang bergerak di bidang manufaktur, distribusi, ritel, dan pendanaan yang sangat terintegrasi. Produknya secara market share dari yang awalnya saat baru IPO no-5, saat ini menjadi no-2 di industrinya dan terbuka peluang untuk ekspor ke berbagai negara, sehingga saya berpendapat bahwa masih banyak untapped potential dan untapped profit margin yang belum eksplor oleh manajemen perusahaan ini.
Saya membeli saham ini diharga diskon -30,9% di bawah NAV (net asset value)-nya pada Januari 2022 dengan average price 206 rupiah per lembar saham (NAV-nya 298) dan di Desember 2022 harganya 212 rupiah. Seperti yang saya sebutkan, saham ini tidak kemana-mana (hal yang tidak dalam kendali saya seperti kata Epictetus). Sementara itu, NAV-nya meningkat 11% di 2023 dan saat ini di Desember 2024 meningkat lagi 11% dari 2023.
Dengan nilai aset bersih 298 rupiah dan sahamnya diperdagangkan di 212 rupiah, saya rasa Anda tidak perlu banyak perhitungan untuk mengetahui bahwa saham ini undervalued. Namun, ini bukan salah satu ide di mana Anda membeli sesuatu di bawah NAV dan menjualnya ketika mencapai NAV. Saham ini memiliki potensi multibagger jika Anda memperluas perspektif ke potensi yang bisa di raih oleh saham ini di masa depan jauh melebihi NAV-nya. Dalam 7 tahun terakhir sejak IPO, NAV perusahaan ini bertumbuh dengan CAGR 10%.
Saya tidak banyak berbicara tentang risiko di pasar bullish, tapi saya tetap memperhatikan margin of safety dan risiko kehilangan secara permanen. Oleh karena itu saya tidak khawatir tentang kepemilikan saham ini di kondisi pasar saat ini dan hal itu sangat penting sebagai pengelola uang. Sesuai dengan filsafat stoicism, hal yang bisa saya lakukan adalah memilih saham dengan kualitas terbaik yang saya bisa lalu membelinya pada saat harganya undervalued dengan tetap memperhatikan margin of safety dan risiko kehilangan permanen (ini 100% kendali Anda). Selebihnya soal naik turun harga saham saya tidak perlu risau.
Setelah memilikinya, maka tugas seorang investor adalah memantau kinerja perusahaannya sambil sesekali memikirkan hal-hal apa saja di masa depan yang mungkin dapat menghancurkan bisnisnya dan SABAR menunggu. Hal ini juga 100% ada dalam kendali Anda. Kesabaran bukan hanya tentang menunggu tetapi juga mencakup kemampuan untuk menjaga sikap yang baik saat menunggu.
Thanks for reading…