Arvest
Journey

PT. Arta Vidi Investama didirikan pada 23 Desember 2023, yang pekerjaan utamanya adalah sebagai pengelola dana secara terbatas dan privat dengan filosofi investasi value investing. Selain bergerak dibidang pengelolaan dana di bawah brand Arvest Capital, perusahaan kami juga mendirikan Arvest Intelligence yang kegiatan utamanya mengelola platform website investasi ini sekaligus merupakan bentuk kontribusi kami dalam memberikan edukasi financial literacy khususnya investment kepada bangsa & masyarakat Indonesia.

Arvest Intelligence ini layaknya catatan jurnal perjalanan investasi perusahaan kami di pasar saham yang berisi update kinerja portofolio investasi Arvest Capital, analisis-analisis perusahaan yang kami pegang maupun dalam watchlist, ide-ide investasi, tulisan-tulisan lepas terkait filosofi investasi hingga pembahasan umum tentang ekonomi dunia. Tentu saja semuanya berlandaskan value investing.

THE FOUNDERS

CHRISTIAN
UTOMO

Halo, perkenalkan nama saya Chris. Sehari-hari saya menjalankan aktivitas investasi saham sebagai Portfolio Manager dari Arvest Capital secara private & limited hanya kepada keluarga dan kenalan-kenalan yang sudah mengenal saya secara personal. Sebagai seorang value investor saya memiliki keinginan untuk menulis journal investasi yang berisi filosofi, ide-ide, hipotesis, tesis, dll terkait investing and what a fabulous thing it is. I love it… Selain itu juga saya akan update secara berkala portofolio real dari Arvest Capital perusahaan hedge fund saya.

Secara pendidikan formal saya adalah seorang lulusan fakultas hukum yang berprofesi sebagai lawyer sejak 2011, waktu ini saya masih ikut di kantor hukum milik saudara saya. Pada tahun 2014 dengan 2 orang teman saya mendirikan law firm dengan nama TAG & Co. Lawyers yang masih aktif hingga saat ini. Namun, status managing partner dalam law firm tersebut sudah saya serahkan ke partner saya karena saya ingin fokus ke investing.

Dalam dunia hukum sebagai corporate lawyer walaupun tidak bersinggungan langsung dengan investing, ternyata cukup memberikan pengalaman dan pandangan tentang bagaimana manajemen resiko, model bisnis tiap-tiap perusahaan, dan bagaimana mem-value aset. Pengetahuan selama menjadi corporate lawyer itu ternyata merupakan invaluable assets saat saya menjadi investor.

Saya mulai masuk ke capital market pada tahun 2013, tapi pada waktu itu saya mengandalkan feeling pada waktu membeli saham, tentu saja lebih banyak ruginya daripada untungnya. Lalu, pada sekitar tahun 2015 saya membeli sebuah komik biografi Warren Buffett, pada waktu itu tujuannya memang ingin mendalami investasi saham, dimulai dengan membaca biografi the savviest investor in the world.

Di dalam komik biografi itu barulah saya menemukan dan kemudian mencari sebuah buku yang seringkali disebut sebagai kitab suci kaum value investor yaitu buku The Intelligent Investor karya Benjamin Graham. Pada 2016 secara otodidak saya merubah secara total gaya investasi saya yang semula menggunakan feeling menjadi value investor. Saya tidak memiliki pendidikan formal apalagi gelar dibidang keuangan, semuanya saya pelajari secara otodidak dan coba-coba sendiri dari pengalaman.

“Investing operation carry some degree of risks, but not investing at all is ABSOLUTE RISK”

JOHAN
WAHYUDI WIJAYA

Lahir dari keluarga sederhana memberikan sebuah hal penting bagiku, life education. Saya melihat bagaimana almarhum ayah saya bekerja sebagai tukang kunci dan ibu saya bekerja sebagai penjahit baju untuk menghidupi keluarga kami. Mungkin berbagai problem ekonomi dan kondisi rumah keluarga yang saya alami di masa kecil membentuk saya sebagai seorang pendiam, sukar bergaul dengan orang lain dan kurang percaya diri. Luckily, saya mempunyai hobby yang menurut saya sangat berpengaruh di hidup saya, reading and learning.

Saat di SD, saya membaca buku yang sangat menginspirasi saya, yaitu Art of War karya Sun Tzu. Membaca buku itu membuat bocah ingusan ini berkhayal, suatu saat saya akan menulis sebuah karya yang juga akan dibaca orang-orang sepanjang masa. Saya mulai bekerja di bidang keuangan dan pertama kali saya masuk ke industri Futures (Forex Trading) di tahun 2010. Ada teman saya yang mencoba trading forex dan dia injectkan dananya 20 juta and guess what, not long after that, his money wiped out. Ketika teman saya loss, saya merasa kurang cocok dengan industri ini karena tingkat resikonya yang sangat tinggi (walaupun mungkin ada ya trader futures yg sukses juga) dan saya memutuskan untuk mempelajari industri lainnya.

Di tahun yang sama, saya juga mempelajari tentang dunia saham namun hanya sekilas saja karena keterbatasan modal saat itu. Dunia properti yang sedang booming saat itu, menarik perhatian saya dan mulai mengamati industri ini. Salah 1 stigma yang ada saat itu adalah jarang sekali orang yang rugi ketika investasi di properti. Saya mulai mengamati perumahan-perumahan di Surabaya, mempelajari properti apa yang mudah untuk dijual hingga akhirnya saya masuk ke bisnis ini dengan cara mencari properti yang kondisinya “rusak” kemudian bekerja sama dengan investor untuk merenovasinya dan menjualnya kembali.

Tahun 2014 menjadi puncak dari properti dan saya merasa harga properti sudah sangat overpriced, dengan rata-rata kenaikan 30-40% setiap tahun mulai dari tahun 2010. Saya memutuskan untuk berhenti dulu melihat risk and rewardsnya yang saat itu saya anggap kurang menarik. Saya mulai belajar di industri keuangan yang lainnya mulai dari asuransi , produk-produk investasi hingga akhirnya menekuni dunia saham.

Ketika pertama kali mengenal saham di tahun 2010, saya belum mengerti apapun dan benar-benar seperti “judi” dalam membeli saham. Saya mulai benar-benar mempelajari dengan detail di tahun 2015-2016 karena saat itu sudah ada cukup modal. Berbagai jurus dalam trading / investasi saham pun saya pelajari mulai dari analisa teknikal, fundamental dan yang paling masuk akal bagi saya saat itu adalah ilmu bandarmology. Mengapa ? Simple saja, saat itu saya berfikir bahwa harga saham bergerak karena ada transaksi orang beli dan jual, jika ada suatu pihak membeli saham tertentu dalam jumlah besar, tidak perduli alasan kenapa pihak itu membeli, saham itu pasti akan naik. Vice versa, jika suatu pihak jual suatu saham dalam jumlah masif, pasti akan turun harga sahamnya.

Pemahaman saya akan saham makin disempurnakan setelah saya belajar dari 2 orang teman saya, yang pertama adalah seorang fund manager yang clientnya dari US dan dia adalah seorang Warren Buffet diehard fans, dan yang kedua adalah Christian Utomo sendiri yang juga seorang value investor sejati.

Saya percaya, manusia harus terus belajar setiap hari dan saya juga mempercayai, kita akan mendapatkan hikmat jika terus berusaha dan berserah kepada-Nya. Be Phenomenal everyday !

“The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.”