Sebagai value investor, tentu Anda sudah melakukan analisis terhadap saham yang akan Anda beli dan tentu saja Anda tidak boleh membeli semua saham yang menurut Anda bagus lalu membuat portofolio Anda berisi ratusan saham. Kinerja portofolio investasi Anda akan semakin sulit mengungguli pasar apabila melakukan diversifikasi terlalu banyak bahkan lebih baik Anda membeli index fund saja dari pada susah-susah analisis. Katakanlah Anda sedang melakukan analisis terhadap PT. IMC Pelita Logistik, Tbk d/h PT. Pelita Samudera Shipping, Tbk (PSSI) dan melakukan perbandingan dengan perusahaan sejenisnya ada TPMA, HAIS, HATM, RIGS, MBSS, TCPI, dll banyak sekali perusahaan sektor angkutan kapal ini yang listing di BEI, seringkali disini investor merasa bingung lebih baik berinvestasi di perusahaan yang mana ya? Ujung-ujungnya semua dibeli bahkan pokoknya perusahaan kapal yang tidak bergerak di bidang yang sama pun di bandingkan dan juga dibeli seperti SMDR, TMAS, BULL, ELPI, WINS. Nah, disini saya ingin memberikan sebuah pemikiran untuk mempermudah pemilihan saham itu agar portofolio investasi kita dapat lebih terkonsentrasi.


Langkah awalnya adalah pahamilah dulu perbedaan dari Attribute-Based Thinking dengan Circumstance-Based Thinking. Banyak orang membeli saham berdasarkan atribut tertentu seperti P/E dan P/BV rendah atau mungkin melihat tingginya return on equity (ROE), harga saham sudah melewati moving average (MA) 200 days, dll. Ini adalah beberapa contoh dari attribute-based thinking. Baik investor maupun traders mencari karakteristik spesifik untuk landasan investasi mereka. Biasanya inilah yang menyebabkan bias dalam mengambil keputusan investasi.


Sebaliknya, circumstance-based thinking dapat membuat kita berpikir lebih ke konteks atau situasinya. Contohnya, P/E ratio tinggi belum tentu menunjukkan suatu saham overvalued di saham cyclical karena ketika siklusnya sedang di bawah maka saham cyclical akan menunjukkan P/E tinggi ("E" jatuh lebih cepat dan lebih dalam dibanding "P"-nya sehingga P/E menjadi tinggi). Untuk circumstance-based thinking, investor tidak buru-buru menjustifikasi suatu saham murah atau mahal dari P/E ratio-nya. Investor jenis ini lebih memfokuskan untuk mencari “cause” dan situasi-situasi spesifik terhadap suatu perusahaan terlepas dari rasio-rasio angka manapun. Angka rasio seperti ROE, ROA, P/E, dll itu adalah “result” dari suatu proses bisnis yang sudah berlalu, sedangkan berinvestasi adalah untuk kondisi masa depan. Anda tidak dapat menggunakan angka-angka atribut rasio itu sebagai basis of your bet untuk investasi Anda di masa depan. Tidak ada jaminan “result” tersebut dapat bertahan di masa depan, satu-satunya basis of your bet dalam berinvestasi adalah temukan “cause”-nya yang menyebabkan “result” itu dapat bertahan dan bertumbuh di masa depan.


Cara berpikir circumstance-based thinking lebih efektif dalam berinvestasi di pasar saham karena sifatnya yang kompleks dan dinamis. Namun, investasi yang benar pada dasarnya dilakukan melalui circumstance-based thinking, inilah yang juga selalu dilakukan oleh para legend investor dunia. Tidak ada patokan rasio atau angka-angka yang HARUS/INGIN Anda temukan, tidak ada gangguan/hambatan psikologis terhadap P/E tinggi atau rendah, tingkat pertumbuhan tertentu, dsb. Sebaliknya, Anda focus memahami dan mencari skenario atau keadaan yang mana hal-hal tersebut dapat menghasilkan uang bagi Anda dan hal ini seringkali merupakan peluang yang luar biasa yang tidak akan pernah dilihat dan dipertimbangkan oleh investor dan traders mainstream di pasar saham karena mereka selalu terfokus pada atribut-atribut tertentu atau mencari pola-pola dari atribut tertentu.


Setelah Anda menerapkan circumstance-based thinking dalam pilihan investasi Anda, maka saham-saham yang Anda pilih akan lebih terkonsentrasi karena Anda tahu apa yang Anda beli dan Anda sendiri akan memiliki keyakinan yang tinggi untuk hold bahkan average down/up.


Sebagai penutup ada sedikit tulisan dari Michael J. Mauboussin chief investment strategist dari Legg Mason Capital Investment (2004-2013).

Evolution provides a powerful argument for circumstance-based thinking. In evolution, species fitness (the ability to survive and reproduce) is not associated with specific attributes like size, color, or strength. Rather, fitness relates much more to adaptability, which is inherently circumstantial. The parallel is clear: Attribute-based approaches work until the environment changes. When making comparisons in a dynamic environment, an attribute-based approach will let you down.

 

 Thanks for reading...