Kapan lalu ada yang ngobrol dan tanya melalui message. Kira-kira seperti di bawah ini, saya capture beberapa saja. Intinya sih seputar-seputar news, rekomendasi dari grup/orang tertentu, dan sejenisnya.
Sejak dulu salah satu masalah intelektual terbesar yang harus dihadapi oleh seorang investor khususnya investor saham adalah noise dari berita, televisi, sosial media, dan sejenisnya yang terus menerus dan beberapa diantaranya dibalut dengan omong kosong (babbles). Noise adalah informasi jangka pendek yang tidak relevan, random, yang pada intinya sebenarnya tidak berguna dalam pengambilan keputusan investasi jangka panjang. Sedangkan babbles alias omong kosong adalah komentar dan opini dari para pembicara yang menarik yang mungkin bermaksud baik namun sering kali tidak substansial atau tidak pada intinya dan tidak dibutuhkan oleh investor jangka panjang.
Tugas penting seorang investor adalah menyaring semua noise & babbles itu untuk mendapatkan fakta apa yang terkandung di dalamnya. Seperti yang sering dikatakan oleh filsuf-filsuf stoicism bahwa “Fakta itu netral, opini manusia yang menggiringnya menjadi positif/negatif”. Contoh paling gampang adalah opini terhadap naik turun harga komoditas seperti emas, batubara, dll seperti di suatu media memberi judul seperti di bawah ini:
Padahal faktanya adalah harga emas saat itu hanya baru turun 1% dari all time high (ATH)-nya dan masih lebih tinggi bahkan jika grafik harga emas di tarik 20 tahun kebelakang. Faktanya adalah “harga emas turun” tapi karena ditambahi kata “anjlok hingga separah ini” jadi negatif. Jika di emas, investor-investor emas sebagian besar saya yakin sudah kebal terhadap berita macam begini, berbeda dengan di saham, warga pasar saham jauh lebih rentan. Hal ini karena reputasi emas yang secara popular belief dianggap asset class yang “aman”, sedangkan saham dianggap “sangat berisiko”. Saya beri tanda kutip karena saya tidak mempercayai hal tersebut. Saham itu Low Risk High Return!
Investor berusaha menyaring opini-opini tersebut menjadi suatu pengetahuan lalu mengekstrak makna investasi yang terkandung di dalamnya. Makna ini yang pada akhirnya mengarah pada wisdom, yang seharusnya mengarah pada investment decision dan performance. Inilah satu-satunya hal yang benar-benar penting. Sayangnya mengelola informasi dan memisahkan noise & babbles di era sekarang ini dengan gencarnya sosial media menjadi semakin sulit, jumlah opini dan informasi yang tersedia semakin banyak. Omong kosong selalu ada sampai kapanpun!
As Mark Twain said,
“If you don’t read the newspaper, you’re uninformed. If you read the newspaper, you’re misinformed.”
Di era Mark Twain belum ada sosial media seperti yang saat ini kita ketahui, jadi kata newspaper itu boleh diperluas menjadi sosial media, toh koran juga sekarang jadi online semua. Noise & babbles ini berbahaya bagi kesehatan portofolio investasi Anda, jumlahnya sangat banyak, sebagian mungkin disebarkan memang dengan niat yang baik untuk informasi tapi sebagian mungkin juga titipan dari orang yang punya kepentingan dibaliknya. Sebagai seorang investor, kita harus menghadapinya setiap hari bahkan setiap jam. Salah seorang pemikir favorit saya yang juga menjalankan perusahaan Hedge Fund, Nassim Nicholas Taleb, dalam bukunya yang berjudul “Fooled by Randomness” banyak membahas tentang noise & babbles ini. Salah satu topik utama Taleb adalah, bahwa orang bijak mendengarkan untuk mencari makna, sedangkan orang bodoh hanya menangkap noise-nya.
Perusahaan Hedge Fund Taleb ini namanya Empirica Capital dengan fokus sebagai “crisis hunter”, oleh karena itu Taleb ini orang yang hebat dalam risk management. Bukunya, “Fooled By Randomness” adalah buku yang serius dan intelektual, I recommend you to read it. Walaupun mungkin bagi sebagian orang gaya bahasanya terkesan sulit dipahami, namun buku itu mengandung banyak wawasan yang luar biasa.
Salah satu contohnya adalah penjelasan Taleb tentang perbedaan antara noise dan meaning (makna investasi yang bisa kita ambil):
Bayangkan ada seorang investor luar biasa yang bisa menghasilkan keuntungan 15% di atas obligasi pemerintah dengan volatilitas tahunan sebesar 10%. Berdasarkan analisis standar deviasi, dari 100 sampel, sekitar 68 akan berada di antara +25% dan +5%, sedangkan 95 sampel akan berkisar antara +35% dan -5%. Secara keseluruhan, investor ini memiliki probabilitas 93% untuk menghasilkan keuntungan di satu tahun tertentu. Namun, semakin pendek jangka waktu yang diamati, kemungkinan menghasilkan keuntungan menurun drastis, seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
PROBABILITAS MENGHASILKAN UANG
Bagaimana maksudnya? Beda noise dan makna yang terkandung di dalamnya terletak dimana? Let’s me explain it.
- Noise = Fluktuasi jangka pendek yang acak (random) dan tidak relevan terhadap kinerja jangka panjang.
- Meaning = Performance jangka panjang yang benar-benar mencerminkan kualitas investasi.
Tabel di atas itu adalah konsep standar dalam simulasi Monte Carlo (Monte Carlo’s Method) yang menunjukkan probabilitas menghasilkan return positif dalam berbagai jangka waktu.
- Dalam satu tahun, probabilitas untungnya 93%, sangat tinggi.
- Tapi dalam satu hari, probabilitasnya hanya 54%, hampir seperti lempar koin.
- Jika diperpendek lagi dalam satu menit, probabilitas untungnya 50,17%, hampir murni acak (random).
Ini berarti “dalam jangka pendek maka pergerakan harga hanyalah noise, tidak merefleksikan performa nyata.” dan “dalam jangka panjang investasi lebih bermakna”. Mengingatkan kita kembali pada magic word dari Benjamin Graham “In the short run stock market is voting machine, but in the long run it is a weighing machine”.
Namun ada lagi insight penting dari Taleb yaitu bahwa hampir semua investor merasakan lebih banyak penderitaan akibat kerugian dibandingkan dengan kesenangan yang diperoleh dari keuntungan. Rasa sakit lebih kuat daripada rasa gembira. Secara psikologis begitulah manusia umumnya, mungkin karena dunia investasi cenderung menyebabkan perasaan tidak aman.
Jika seorang invetor terlalu fokus terhadap naik turun harga saham dalam portofolio mereka, dari hari ke hari, bahkan dari menit ke menit, seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, maka waktu penderitaan mereka akan meningkat secara tidak mereka sadari atau tidak disengaja, sementara waktu sejalan dengan kebahagiaan mereka yang juga berkurang. Ini adalah very bad trade-off. Masalah selanjutnya adalah rasa sakit akibat kerugian akan menimbulkan anxiety atau kecemasan, yang kemudian dapat menyebabkan investor membuat keputusan yang buruk dan tidak rasional. Dengan kata lain, semakin sering investor memantau portofolio sahamnya maka hal itu tidak baik untuk kesehatan mental investor itu sendiri kecuali Anda menguasai filsafat stoicism tingkat tinggi.
Sebagian besar investor berpikir bahwa mereka rasional, tetapi kenyataannya mereka cenderung tenggelam dalam randomness atau keacakan dan menderita akibat fluktuasi kinerja jangka pendek. Taleb lebih lanjut mengatakan:
“When I see an investor monitoring his portfolio with live prices on his cellular telephone, I smile and smile.”
Ketika seorang investor terlalu fokus pada jangka waktu yang sangat pendek, yang mereka amati sesungguhnya bukanlah imbal hasilnya, namun volatilitas portofolio itu sendiri. Dengan kata lain mereka sedang menjadi korban “Fooled By Randomness”. Emosi manusia tidak dirancang untuk memahami konsep penting ini, tetapi sebagai investor, kita harus menghadapi kelemahan emosional kita sendiri. Ini tidak mudah, dalam bukunya Taleb juga mengakui hal ini.
Taleb mengatakan bahwa ia mengatasi hal ini dengan membatasi aksesnya terhadap informasi, kecuali dalam keadaan tertentu yang ia pikir memang perlu mencari tahu. Ia juga menghindari membaca Wall Street Journal setiap pagi, karena frekuensinya yang terlalu tinggi dan isi intelektualnya terlalu rendah.
Thanks for reading…