Artikel kali ini saya menulisnya tidak hanya untuk Anda para pembaca setia blog Arvest, tapi juga untuk anak saya yang masih berusia 5 tahun. Mungkin masih terlalu muda untuk dapat memahami isinya, namun di kemudian hari akan tiba saatnya anak saya memiliki kebutuhan untuk mempelajari hal ini.


Sejak 2009 saya berprofesi sebagai lawyer dan sudah berkali-kali mendapatkan klien yang rumah tangganya hancur karena masalah keuangan yang berujung pada perceraian. Tentu saja saya lebih sering diposisi Tergugat daripada Penggugat karena biasanya saya akan menolak kasusnya dan lebih mengusahakan perdamaian terlebih dahulu. Kecuali apabila urgensi perceraiannya karena sesuatu yang menyangkut keselamatan nyawa (pernah sekali saya di posisi penggugat cerai karena suami klien saya pada waktu itu seringkali menendang perut klien saya yang sedang hamil besar). Namun katakanlah dari 10 kasus cerai yang saya tangani, sekitar 8 karena alasan finansial. Hal ini mengajarkan saya tentang pentingnya literasi keuangan sejak dini. Tulisan kali ini saya ingin sharing tentang personal finance yang mungkin berguna bagi sebagian besar orang yang membaca blog ini.


Salah satu alat yang amat sangat membantu dalam personal finance adalah membuat anggaran keluarga atau apabila Anda cukup rajin Anda dapat membuat neraca untuk keuangan pribadi. Menurut pendapat saya tidak ada bedanya antara kita secara individu dengan perusahaan/bisnis, masing-masing memiliki neraca yang berisi asset dan liabilitas. Keuangan Anda secara pribadi akan bermasalah apabila lebih banyak liabilitas dibandingkan aset yang produktif.


Proyeksikan “penghasilan” Anda (untuk keluarga Anda misalnya dari hasil usaha atau gaji) lalu kurangi dengan pengeluaran Anda. Hasilnya adalah “penghasilan bersih” Anda. Jika setelahnya Anda masih mempunyai sisa uang maka bagus! Anda dapat memiliki tabungan dan dapat memulai untuk berinvestasi atau Anda dapat membelanjakan uang itu untuk hal-hal yang Anda inginkan.


Ternyata dari cerita klien-klien perceraian saya dulu, mereka ada yang sudah membuat anggaran keluarga namun tetap bermasalah secara finansial di kemudian hari. Awalnya saya bingung, kalau sudah melakukan budgeting kenapa bisa bermasalah? Ternyata setelah saya teliti lebih jauh penyebabnya adalah pengeluaran sehari-hari yang masuk dalam anggaran seperti uang sekolah anak, uang belanja bulanan, biaya cicilan rumah, tagihan PDAM, listrik, tagihan servis AC, dll belum memasukkan/mengabaikan pengeluaran di masa depan. Bagaimana maksudnya? Saya ambil contoh mobil yang sedang Anda kendarai sekarang, apabila mobil itu dalam beberapa tahun kedepan tiba-tiba perlu diganti dan Anda tiba-tiba mengeluarkan uang sejumlah 300 juta rupiah untuk beli mobil yang seharusnya tidak terjadi secara tiba-tiba, apakah hal ini akan merusak budgeting Anda? Dalam kasus yang lebih luas selain mobil, termasuk juga Anda harus melakukan renovasi rumah karena kebocoran waktu hujan, harus mengganti beberapa perabotan yang rusak, anak-anak Anda menyebabkan suatu masalah yang mahal dan Anda sebagai orang tua harus membereskannya, pasangan Anda merengek untuk liburan ke Norwegia karena diiming-iming teman dekatnya dan pasangan Anda tidak kuat menahan diri, dll. Nah, hal-hal inilah yang seringkali luput diperhitungkan dalam budgeting.


Duduklah bersama dan identifikasi semua pengeluaran Anda, baik di masa kini dan di masa yang akan datang/masa depan. Setelah Anda melakukan identifikasi pengeluaran besar di masa depan, maka buatlah dana cadangan untuk masing-masing pengeluaran tersebut. Inilah yang dalam dunia keuangan disebut sebagai “Sinking Fund”.


Saya mempelajari istilah sinking fund ini juga semasa saya menjadi corporate lawyer di perusahaan taksi milik teman saya. Singkat cerita, perusahaan taksi dengan banyak armada taksi, tidak peduli pada saat pendapatannya sedang baik atau sedang buruk, akan tiba saatnya perusahaan itu mengecat ulang armada taksinya setiap beberapa tahun sekali. Oleh karenanya, perusahaan taksi itu menyisihkan sejumlah uang untuk keperluan pengecatan ulang yang masih akan terjadi di masa depan, baik pada saat kondisi bagus atau buruk. Ketika tiba saatnya, perusahaan taksi memiliki uang di rekening terpisah yang sudah disiapkan untuk itu.


Sekarang kembali ke topik mobil yang Anda kendarai saat ini. Jika dalam 5 tahun kedepan Anda perlu membeli mobil baru seharga 300 juta rupiah, Anda mungkin bisa menjual mobil yang Anda miliki saat ini dan mendapatkan uang sejumlah misalnya 100 juta rupiah. Sehingga untuk membeli mobil baru seharga 300 juta rupiah Anda hanya perlu membayar 200 juta rupiah saja yang artinya sejak saat ini hingga 5 tahun kedepan Anda perlu menghemat 40 juta rupiah per tahun atau 3,33 juta per bulan. Inilah sinking fund Anda yang sebaiknya Anda masukkan ke rekening terpisah. Sebenarnya Anda bisa saja menggunakan satu rekening lalu Anda membuat spreadsheet excel untuk melacaknya. Sesuaikan saja dengan kenyamanan Anda sendiri. Kalau saya pribadi, saya akan menginvestasikan uang tersebut ke instrument saham (disclaimer on karena saya saat ini 95% aset saya ada di saham, jangan ditiru!), namun saya tahu saham tidak untuk semua orang dan apabila Anda tidak nyaman dengan saham, depositokan saja atau belikan reksadana pasar uang.


Setelah Anda mengidentifikasi pengeluaran besar di masa depan, buatlah anggaran keluarga Anda dan saya jamin sebagian besar dari Anda akan menemukan bahwa penghasilan Anda yang sebenarnya jauh lebih rendah dari yang Anda kira. Hanya karena pengeluaran ini terjadi di masa depan, bukan berarti pengeluaran tersebut menjadi tidak nyata atau tidak terlihat di masa kini.


Apa yang terjadi pada banyak keluarga yang tidak merencanakan pengeluarannya di masa depan adalah mereka tidak siap dan harus meminjam uang/utang. Utang membuat segalanya menjadi lebih mahal secara eksponensial, terutama apabila terjerat pinjaman online (pinjol) atau utang kartu kredit yang tidak dapat Anda bayar lunas di bulan berikutnya. Hal ini menyebabkan compounding interest yang menyebabkan Anda mulai membayar bunga dari bunga pinjaman Anda sebelumnya.


Hal yang paling buruk yang banyak orang tidak menyadarinya adalah bahwa pada umumnya keinginan kita tidak terbatas dan akan selalu melebihi pendapatan kita. Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda hasilkan. Oleh karena itu pengendalian diri terutama dalam masalah mengendalikan keinginan kita menjadi hal yang penting untuk kenyamanan dan keamanan finansial kita dalam jangka panjang. Mungkin seringkali Anda berpikir “jika penghasilanku 2x lipat atau 3x lipat dari penghasilan saat ini maka hidupku akan nyaman” kenyataannya ketika hal tersebut terjadi, maka keinginan kita juga ikut naik sehingga hal yang sama terjadi yaitu keinginan kita akan selalu melebihi pendapatan kita. Maka hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga keinginan kita sehingga berapapun tambahan penghasilan yang berhasil kita dapatkan, pengeluaran kita sebisa mungkin tetap sama. Kenyataannya hal ini sulit dilakukan, apalagi didukung oleh sosial media dimana banyak orang yang memiliki lebih dari kita dan kita tidak dapat menahan diri untuk tidak mengikutinya. Anda harus menyadari hal-hal material seperti mobil mewah, rumah mewah, tas mewah, dll bukan prioritas dalam hidup atau jika Anda memang menginginkannya maka taruhlah hal-hal tersebut di prioritas hidup Anda paling bawah. Menurut saya ada kategori lain yang lebih penting yaitu waktu, pengalaman, kesehatan, dan pendidikan.


Oksigen bukan sumber kebahagiaan, tapi kekurangan oksigen sudah pasti menyebabkan Anda tidak bahagia. Sama dengan uang, kekurangan uang adalah sumber ketidakbahagiaan tapi uang bukan sumber kebahagiaan. Kebahagiaan haruslah bersumber dari internal bukan eksternal dan kebahagiaan adalah kenyataan, bukan ekspektasi. Ketika Anda mengontrol anggaran, Anda mengontrol ekspektasi Anda. Inilah filosofi hidup dan keuangan yang saya anut yang beririsan dengan stoicism. Saya sarankan Anda para pembaca blog ini juga membaca dan mendalami tentang stoicism karena sifatnya yang mendasar dalam kehidupan dan beririsan kuat dengan value investing.

 

Thanks for reading