Benjamin Graham dalam bukunya yang terkenal “The Intelligent Investor” pernah mengatakan bahwa investor akan dapat bekerja dengan lebih baik apabila tidak ada quoted harga terhadap saham-saham di bursa saham karena dengan begitu maka investor akan “terhindar dari penderitaan mental yang disebabkan oleh kesalahan penilaian dari orang lain”. Bahasa aslinya adalah “be spared by mental anguish caused him by other person’s mistakes of judgment.”. Lalu apa maksudnya “…other persons’ mistakes of judgment”? Inilah yang menjadi basis of all intelligent investing yaitu “quoted market prices are but one opinion of value”. Jadi harga yang kita lihat tertera di pasar saham terhadap suatu saham adalah hanya salah satu hasil penilaian seseorang yang sedang bertransaksi saham saat itu. Setiap investor HARUS sadar akan hal ini.
Untuk lebih menjelaskan apa maksudnya paragraph di atas saya akan mengutip dari legend investor lainnya yaitu John Burr Williams. Pada tahun 1930 ada sebuah buku berjudul “The Theory of Investment Value” karya seorang investor bernama John Burr Williams. Dalam buku ini, John Burr Williams mengatakan dengan gamblang:
“Concerning its true worth, every man will cherish his own opinion; as to what price really is right, only time will tell… The market can only be an expression of opinion not a statement of fact. Today’s opinion will mark today’s price; tomorrow’s opinion tomorrow’s price; and seldom if ever will any price be exactly right as proved by the event.”
Terjemahan:
“Mengenai nilai yang sebenarnya, setiap orang akan menghargai pendapatnya sendiri; mengenai berapa harga yang tepat, hanya waktu yang akan menjawabnya… Pasar hanya bisa menjadi ekspresi terhadap opini, bukan pernyataan terhadap fakta. Opini hari ini akan menandai harga hari ini; opini besok terhadap harga besok; dan jarang sekali ada harga yang benar-benar tepat seperti yang dibuktikan oleh suatu peristiwa (menurut saya maksudnya adalah jarang harga saham suatu perusahaan dihargai secara benar sesuai nilainya).”
Setelah menjelaskan hal di atas mengenai pasar saham adalah berisi opini tentang nilai suatu saham, Williams kemudian menjelaskan dinamika the power of marginal opinion.
“Both wise men and foolish will trade in the market, but no one group by itself will set the price. Nor will it matter what the majority, however overwhelming, may think; for the last owner, and he alone, will set the price. Thus the marginal opinion will determine the market price.”
Terjemahan:
“Baik orang yang bijaksana maupun orang bodoh akan berdagang di pasar saham, namun tidak ada satu kelompok pun yang dapat menentukan harga. Tidak peduli apa yang dipikirkan oleh mayoritas, betapapun banyaknya; karena pemilik terakhir, dan dia sendiri, yang akan menentukan harga. Dengan demikian opini marjinal akan menentukan harga pasar saham.”
Bayangkan saja seperti ini:
Anda memiliki rumah di daerah Citraland Surabaya (CTRA) dan tinggal disitu. Di lingkungan rumah Anda ada sekitar 500 rumah dan masing-masing pemilik rumah disana berpikir kalau harga rumahnya seharusnya Rp. 10.000.000,- /m² yang berarti jika rata-rata rumah berukuran 120m² harganya seharusnya Rp. 1.200.000.000,-. Kecuali ada satu orang yang menjual rumahnya diharga Rp. 850.000.000. Nah orang yang terakhir inilah yang dimaksud dengan opini marjinal. Jadi ketika orang marjinal itu menjual rumahnya diharga Rp. 850.000.000,- maka berapa harga yang tertera di kolom jualan rumah di surat kabar? Akankah Anda yang juga memiliki rumah disana panik lalu juga ikut-ikut menjual rumah Anda hanya karena satu orang marginal tadi menjualnya di harga yang lebih rendah dari seharusnya? Sebagai investor di pasar saham juga kejadiannya sama seperti itu, investor yang bijak seharusnya tahu value sesungguhnya dan tidak ikut-ikutan menjual.
Contoh di atas saya rasa cukup simple dan mudah dimengerti dan sebenarnya itulah yang terjadi di pasar saham, marginal seller dan buyer menentukan harga saham di suatu waktu tertentu setiap saat. Mereka bertransaksi dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda, memiliki alasan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang alasan-alasan itu juga sangat tidak rasional seperti alasan yang didasarkan pada pattern-pattern tertentu. (PASAR SAHAM TIDAK MEMILIKI POLA/PATTERN!!!).
Seperti yang juga pernah dikatakan Seth A. Klarman dalam bukunya yang berjudul “Margin of Safety” bahwa sangat penting bagi investor untuk membedakan fluktuasi harga saham dari realitas bisnis yang mendasarinya. Jika kecenderungan umum adalah pembelian akan menghasilkan lebih banyak pembelian dan penjualan akan memicu lebih banyak penjualan, maka investor harus melawan kecenderungan untuk menyerah pada kekuatan pasar, bahkan cenderung follow the market. Dengan kata lain jangan biarkan price action mendikte keputusan investasi Anda. Oleh karena itu saya tidak setuju dengan penggunaan Stop Losses atau apapun itu namanya yang intinya suatu mekanisme untuk menjual saham karena harga saham tersebut sudah turun sekian persen. Harga saham dapat melambung tinggi walaupun kondisi bisnisnya makin buruk, begitu juga sebaliknya harga saham dapat turun dalam walaupun kondisi bisnisnya bertambah kuat.
Harga yang terjadi di pasar seharusnya malah dimanfaatkan oleh investor yang bijak apabila harga tersebut jauh di bawah nilai sesungguhnya dan diabaikan apabila terlalu mahal. Inilah yang dimaksud oleh The Great Benjamin Graham di awal artikel ini ketika Beliau mengatakan bahwa rata-rata investor akan dapat bekerja lebih baik jika pasar saham tidak memiliki harga kuotasian setiap saat karena rata-rata investor terlalu mempermasalahkan dan terlalu fokus terhadap harga kuotasian saham. Inilah the basis of all intelligent investing.
Thanks for reading...