Saya melakukan sedikit riset terkait berapa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk wonderful companies untuk mencapai tenbagger alias keuntungan mencapai 1.000%? Berikut beberapa hasilnya:


  1. BBCA membutuhkan waktu 13 tahun (2004 – 2017)
  2. BBRI membutuhkan waktu 13 tahun (2004 – 2017)
  3. BMRI membutuhkan waktu 18 tahun (2004 - 2022)
  4. HMSP membutuhkan waktu 10 tahun (2005 – 2015)
  5. MYOR membutuhkan waktu 5 tahun (2005 – 2010)
  6. UNVR membutuhkan waktu 12 tahun (2005 – 2017)
  7. AKRA membutuhkan waktu 6 tahun (2005 – 2011)
  8. ASII membutuhkan waktu 8 tahun (2003-2011)
  9. ICBP membutuhkan waktu 9 tahun (2004 – 2013)
  10. KLBF membutuhkan waktu 9 tahun (2004 – 2013)


Dari 10 perusahaan yang saat ini dianggap sebagai bluechip ini, di masa lalu apabila kita memiliki sahamnya dan melakukan hold maka investasi kita akan mencapai tenbagger dalam waktu paling cepat 5 tahun (setara CAGR 61.54%) dan paling lama 18 tahun (setara CAGR 14.25%). Misalnya saja BBCA yang saat artikel ini ditulis dianggap the bluest of bluechip mencatatkan waktu 13 tahun atau setara dengan CAGR 20,26% (belum memperhitungkan dividen). Jadi kalau imbal hasil rata-rata investasi Anda dalam jangka panjang berada di range tersebut maka bisa dikatakan Anda sudah melakukan pekerjaan rumah sebagai seorang investor dengan baik.


Poin yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini sebenarnya bukan terkait kapan investasi kita saat ini dapat mencapai keuntungan tenbagger di masa depan, hal ini tentu saja tidak ada yang tahu secara pasti, namun saya ingin menekankan bahwa meskipun kita telah memiliki winner stocks of wonderful companies, kita juga membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk sampai kesana. Time is your best friend! Masalahnya adalah kebanyakan investor merasa sulit untuk bertahan selama itu (karena alasan-alasan umum yang berkaitan dengan emosi dan ketidaksabaran maupun kebutuhan hidup yang mendesak apabila tiba-tiba saja Anda harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar yang tidak dapat di-cover oleh active income Anda).


Imbal hasil tenbagger ini sifatnya back-end loaded yang pada awalnya terasa lambat. Bayangkan kita membeli saham senilai Rp. 100.000.000,- dan pada penutupan pasar saham tersebut naik sebesar 10% maka return kita adalah 10% dan capital kita menjadi Rp. 110.000.000,-, tapi di tahun ke-5 kita memiliki saham tersebut, misalnya saja saham tersebut sudah mencatatkan return 400% maka nilai capital kita pada saat itu tercatat sebesar Rp. 500.000.000,- dan apabila pada penutupan harga saham tersebut di pasar naik 10% maka yang kita dapat kan sebenarnya adalah gain 50% dari capital awal kita. Inilah the magic of compounding, Anda tidak mendapatkan return yang linear.


Untuk dapat menjelaskan dengan lebih sederhana terkait compounding ini biasanya saya menggunakan analogi kolam bunga lili/lily pond. Coba Anda baca baik-baik dan cobalah jawab pertanyaan ini:


“Bayangkan sebuah kolam bunga lili yang jumlah bunga lilinya berlipat ganda setiap hari sehingga pada hari ke-30 kolam terebut penuh dengan bunga lili. Pada hari keberapa kolam tersebut terisi setengahnya?”


Saya sarankan Anda menjawab dulu pertanyaan di atas sebelum melanjutkan membaca lebih jauh. Jawabannya adalah pada hari ke-29 atau dalam istilah investasi, Anda menghasilkan uang pada hari terakhir sebanyak yang Anda hasilkan dalam 29 hari pertama. Contoh berikutnya yang ingin saya tunjukkan adalah pertumbuhan kekayaan Warren Buffet berdasarkan usia. Hasilnya adalah jumlah uang yang Buffet hasilkan sejak Ia menginjak usia 60 tahun jauh lebih besar dari sebelumnya.


 

Source: Vintage Value Investing

Secara lebih detail Anda dapat melihat Buffet memiliki kekayaan 5k di usia 14 tahun, lalu pada saat usia 19 tahun kekayaannya sudah berlipat ganda menjadi 10k, dan berlipat ganda lagi menjadi 20k di usia 21 tahun, 1m di usia 30 tahun, 2.4m di usia 33 tahun, dst, dst.... hingga pada usia 92 tahun kekayaannya sudah berjumlah 109B yang mengkerdilkan kekayaannya di masa-masa lalu yang sebenarnya secara absolut sudah besar.

Jadi, kembali ke poin utama dalam tulisan kali ini. What can an investor do to hold on to their stocks longer? Maka jawabannya adalah “fokuslah pada bisnisnya dan bukan pada pergerakan harga saham” tapi apa sebenarnya maksudnya?

 

Fokus pada hasil bisnisnya, jangan salah fokus pada pergerakan harga saham!

Saya ambil contoh tenbagger di masa lalu yang paling kontroversial saat ini yaitu UNVR (kontroversial karena harga sahamnya anjlok parah dan banyak investor nyangkut). Perhatikan tabel di bawah ini yang merupakan rangkuman kinerja bisnis PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR) di masa lalu:


Setelah melihat hasil kinerja UNVR di atas, apabila Anda adalah sebagai business owner dari UNVR apakah Anda akan melakukan buy & sell (trading) saham bisnis milik Anda sendiri dalam kurun waktu tersebut? Tentu tidak! Lebih baik hold saja terus dan inilah bagaimana kekayaan pemilik UNVR meningkat sebesar tenbagger dalam jangka waktu 12 tahun atau apabila perhitungannya ditambah dengan dividen maka hasil tenbagger tersebut lebih cepat 1 tahun yaitu menjadi 11 tahun. Kita sebagai investor perusahaan publik WAJIB memiliki sudut pandang layaknya business owner yang fokus pada kinerja jangka panjang perusahaan.


Tidak masuk akal dan sia-sia jika Anda selalu mengkhawatirkan setiap harga saham perusahaan yang Anda miliki dan selalu mengecek harganya setiap hari, minggu, bulan apabila Anda berinvestasi jangka panjang. Berorientasilah pada kinerja dan abaikan penasihat investasi manapun yang selalu memberikan rekomendasi buy/sell berdasarkan price action dalam jangka pendek. Tentu saja Anda sebagai investor publik memiliki sedikit keistimewaan melebihi business owner yaitu Anda dapat dengan mudah melakukan penjualan saham jika menurut analisis Anda hal itu perlu dilakukan (jika Anda benar-benar memahami bisnis perusahaan yang Anda miliki sahamnya dan memiliki reason to buy pada saat pertama kali membelinya, maka Anda akan tahu kapan saatnya menjual). Contohnya saja pada UNVR yang sejak 2013 growth-nya sudah tampak melambat sehingga membuat P/E-nya menjadi berada di atas 40x yang disebabkan oleh harganya yang meningkat lebih cepat dibanding pertumbuhan laba bersihnya yang di tahun-tahun mendatang malah mengalami pertumbuhan negatif. Anda akan menyadari bahwa saham seperti UNVR ini sudah mature dan bisa dikatakan tidak ada room to growth lagi dari 2 indikator yaitu dividend payout ratio yang angkanya hampir mendekati 100% setiap tahunnya dan struktur organisasi UNVR yang hanya merupakan entitas anak dari Unilever pusat sehingga tidak memungkinkan UNVR dapat ekspansi terlalu luas ke negara-negara lain.


Things to remember: The Magic of Compounding akan menghasilkan keajaiban seiring berjalannya waktu selama bisnis yang Anda beli adalah bisnis yang berkinerja baik di harga yang murah. Bahkan keajaiban compounding ini masih bisa terjadi apabila valuasi saat Anda pertama kali membelinya sudah terlihat agak mahal seperti UNVR di tahun 2003 pada saat harganya 725 rupiah dengan P/E 21,3x. Tapi pastikan apabila Anda memang ingin membeli bisnis apapun di P/E yang tidak murah, maka bisnis tersebut harus Anda yakini memiliki economic moat yang sangat lebar. Selebihnya Anda akan selalu dapat melakukan akumulasi terus menerus seiring waktu dengan harga yang lebih baik jika memang kinerja perusahaan yang Anda miliki dan harga sahamnya di pasar saham memberi Anda peluang untuk itu.